Makna dan Hakikat Salat
Kewajiban salat tidak datang secara
tiba-tiba. Ia telah lama dilakukan, termasuk oleh Nabi-Nabi terdahulu (Dr. Jawwad Ali, Tarikh
as-Shalah fi al-Islam). Semua agama samawi (Islam,Yahudi, Nasrani, Hanif,
Shabiyah) menjadikan salat sebagai pilar agama (Sami bin Abdullah, Athlas
Tarikh al-Anbiya Wa ar-Rasul).
Salat yang pertama kali diwajibkan dalam Islam adalah salat malam (QS. Al-Muzammil: 1-20). Namun, ketika ayat ke 20 diturunkan, salat malam menjadi sunah. Salat yang diwajibkan adalah salat lima waktu, yang diterima Rasulullah SAW ketika melaksanakan isra’ dan mi’raj pada 27 Rajab tahun ke-2 sebelum hijrah (tahun 622 M).
Makna Salat
Salat yang pertama kali diwajibkan dalam Islam adalah salat malam (QS. Al-Muzammil: 1-20). Namun, ketika ayat ke 20 diturunkan, salat malam menjadi sunah. Salat yang diwajibkan adalah salat lima waktu, yang diterima Rasulullah SAW ketika melaksanakan isra’ dan mi’raj pada 27 Rajab tahun ke-2 sebelum hijrah (tahun 622 M).
Makna Salat
Secara bahasa (etimologi), salat
artinya “berdoa”. Doa adalah
permohonan atau permintaan dari pihak yang lebih rendah (hamba) kepada Pihak
Yang Lebih Tinggi (Allah SWT). Artinya, setiap kita berdoa kepada Allah SWT,
hakikatnya kita sedang bersalat kepadaNya.
Sedangkan secara istilah (terminologi), salat
diartikan sebagai: “Ibadah yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam”. Melalui pengertian ini, dapat kita pahami
bahwa hakikat doa pun ada di dalamnya. Sebab, di dalam bacaan-bacaan salat
terdapat banyak doa, yang berisi upaya merendahkan diri di hadapan Allah dengen mengkui keagunganNya.
Hakikat
Salat
Dalam agama islam salat merupakan tonggak utama
senyampang demikian imam syafii menyebut dengan “ummul ibadah” yang secara implisit mempunyai nilai fundamental.
Salat merupakan suatu pekerjaan bernilai ibadah yang dimulai dengan takbir dan
di tutup dengan salam.
Dilain sisi kita dapati Allah berfirman bahwa shalat dapat
mencegah dari kejelekan dan kemunkaran sebagai konsekuensi. Jika di maknai
secara harfiah semua shalat yang dilakukan dapat berpengaruh demikian Sehingga Hasan Al-Bashri menyatakan: “Jika salat tidak menghalangimu dari
kemaksiatan dan kemungkaran, maka hakikatnya engkau belum salat”
Namun kendati demikian prespektif agama tidak hanya
terbatas pada pemahaman scriptual yang memberikan makna pada aspek harfiah saja
akan tetapi lebih pada pemahaman yang kontekstual sesuai dengan prosedur yang
termaktub secara sistemik mengaruskan pemahaman yang komprehensif, artinya
pemahaman ayat tersebut tidak semata dapat teraplikasi dalam semua salat, masih
ada prespektif lain yang juga perlu dipahami secara betul untuk menemukan
pemahaman yang dialektis yaitu aspek tasawwuf atau akhlak yang juga dalam
setiap praktek shalat harus terikut sertakan.
Di dalam kitab Mizanul Kubra karya
Asy-Sya’rani dijelaskan bahwa salat yang dijadikan
secara berulang merupakan nikmat maha besar, karena manusia diberikan
kesempatan memohon ampun kepada Allah SWT, atas dosa-dosa yang telah diperbuatnya.
Selain itu, ritual wudlu’ yang dilakukan sebelum salat merupakan salah satu bentuk proses
penyucian jiwa.
Salat juga merupakan bentuk pengakuan akan kebesaran Allah SWT. Pengakuan tersebut
memerlukan pembuktian secara kongkrit. Tidak hanya terbatas di dalam hati, tapi
harus dibuktikan dengan amal. Melalui
salat, kita juga mendapatkan keinsyafan akan tujuan akhir hidup, yaitu
penghambaan diri kepada Allah. Hal itu tergambar dari makna
doa iftitah (doa permulaan salat setelah takbiratul
ihram).
Hikmah lain dari ketentuan waktu salat adalah menjalankan aktifitas
sesuai dengan manajemen Ilahi. Dalam menjalankan aktifitas sehari-hari, Allah
SWT. memberikan jeda waktu untuk mengembalikan stamina melalui salat (tepat
waktu). Disamping itu, pelaksanaan salat tepat waktu mengajarkan manusia untuk
berbudaya disiplin.
Manusia secara naluri selalu membutuhkan sandaran dan pegangan dalam hidup. Allah SWT adalah sandaran utama hidup manusia, yang dapat diaudiensi melalui salat. Salat sangat membantu penyelesaian semua problem kehidupan. Nyaris tidak ada problem yang tidak dapat terselesaikan melalui salat. Tentu saja, harus disertai ikhtiar lahiriah. Salat juga mendidik manusia agar taat kepada pimpinan. Karena, setelah mendengar azan, kita disunnahkan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah.
Manusia secara naluri selalu membutuhkan sandaran dan pegangan dalam hidup. Allah SWT adalah sandaran utama hidup manusia, yang dapat diaudiensi melalui salat. Salat sangat membantu penyelesaian semua problem kehidupan. Nyaris tidak ada problem yang tidak dapat terselesaikan melalui salat. Tentu saja, harus disertai ikhtiar lahiriah. Salat juga mendidik manusia agar taat kepada pimpinan. Karena, setelah mendengar azan, kita disunnahkan bersegera menuju masjid untuk menunaikan salat berjamaah.
Salat juga mendidik kita agar memiliki sikap optimis dalam menyongsong masa depan. Karena inti ibadah salat adalah doa, yaitu harapan atau permohonan kepada Allah SWT. yang Maha Mengatur segalanya. Salat juga mendorong kita untuk berani menghadapi problematika kehidupan dengan hati sabar dan tabah.
Salat yang dilakukan secara baik juga dapat menentramkan jiwa. Karena dengan salat, kita akan merasa senantiasa dekat dengan Allah. Hal ini dapat dipahami karena dengan salat berarti berzikir, sedangkan berzikir kepada Allah akan membuahkan ketenteraman hati. “Ketahuilah, hanya dengan berzikir kepada Allah hati akan tentram”.(Q.S. Ar Ra’du : 28).
Tak kalah pentingnya, salat juga mendidik kita agar bersikap sportif
untuk mengakui kesalahan dan dosa. Karena salat merupakan saat yang sangat baik
untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.
Pertanyaannya, sudahkah salat menjadi sarana interaksi kita dengan Allah
SWT? Jika tidak, maka salat kita akan termasuk ke dalam kategori yang
disebutkan Allah SWT: “Celakalah orang-orang yang salat, yang lalai akan salat
mereka sendiri. Yaitu orang-orang yang suka pamrih/pamer (dengan salatnya).”
Hasila Kajian rutin NGOPI (Ngobrol Pintar)
UKM KAROMAH STKIP PGRI SUMENEP
0 komentar: